Bagi seorang pengusaha makanan, memproduksi produk makanan yang memiliki kualitas baik tentu menjadi suatu keharusan. Hal ini dikarenakan makanan yang diproduksi akan dikonsumsi oleh masyarakat sebagai konsumen. Sehingga, makanan tersebut harus memiliki kandungan gizi yang diizinkan. Selain itu, makanan tersebut juga harus terbebas dari bahan kimia yang berbahaya sehingga aman untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, sangat penting bagi pengusaha yang memproduksi makanan untuk melakukan pengujian terhadap makanan yang dimiliki. Hal ini dilakukan agar produk makanan tersebut bergizi dan aman untuk masyarakat.
Cara Uji Kandungan Makanan di Laboratorium
Kandungan bahan kimia dan nutrisi dalam makanan dapat diketahui dengan menggunakan berbagai macam uji. Jika seseorang ingin mengetahui kandungan apa saja dalam makanan tersebut, ia bisa menggunakan analisis kualitatif. Akan tetapi, jika seseorang ingin mengetahui jenis kandungan beserta konsentrasinya, maka analisis kuantitatif yang harus digunakan. Analisis kualitatif dan kuantitatif dari setiap bahan kimia dan nutrisi berbeda – beda. Hal ini disesuaikan dengan karakterisasi dari bahan kimia tersebut.
Salah satunya adalah uji kandungan vitamin dalam makanan. Umumnya, konsentrasi kandungan vitamin dalam makanan dapat diketahui dengan menggunakan dua cara yaitu titrasi dan spektrofotometri. Jenis titrasi yang bisa digunakan adalah titrasi iodometri. Sedangkan spektrofotometri menggunakan instrumen spektrofotometer. Analisis kandungan vitamin dengan spektrofotometer menghasilkan hasil yang lebih akurat dan cepat. Oleh karena itu, banyak laboratorium yang memilih untuk menggunakan metode spektrofotometer untuk analisis kandungan vitamin.
Sementara itu, kandungan mineral dan logam berat yang ada dalam makanan dapat diketahui dengan menggunakan berbagai macam instrumen seperti spektrofotometer dan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Hasil analisis yang menggunakan kedua instrumen tersebut juga memiliki akurasi dan presisi yang tinggi. Oleh karena itu, banyak laboratorium yang menggunakan kedua instrumen tersebut. Beberapa jenis mineral dan logam yang terkandung dalam makanan dan bisa dianalisis dengan menggunakan kedua instrumen tersebut.
Bahan tambahan yang terdapat dalam makanan atau food additive dapat dianalisis dengan menggunakan berbagai macam cara. Sebagai contoh, bahan kimia formalin yang seringkali digunakan sebagai tambahan makanan. Bahan kimia ini termasuk bahan kimia berbahaya sehingga tidak boleh terdapat dalam makanan. Beberapa metode uji kandungan formalin yang dapat dilakukan adalah metode dengan reagen fenilhidrazin HCL dan metode Nashโs. Beberapa bahan kimia lain juga bisa dideteksi dengan menggunakan instrumen High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Instrumen ini dikenal sebagai salah satu instrumen dengan tingkat akurasi yang tinggi. Sehingga, bisa menganalisis banyak bahan kimia tambahan seperti siklamat, sakarin, aflatoksin, dll.
Sementara itu, bahan kimia lain yang sering diuji dalam makanan yaitu asam lemak. Bahan kimia ini memiliki banyak jenis. Sehingga, asam lemak membutuhkan uji yang dapat memisahkan berbagai jenis asam lemak tersebut. Uji pemisahan asam lemak dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen Gas Chromatography (GC).
Memilih Laboratorium Pengujian Makanan
Untuk menguji apakah makanan yang diproduksi memiliki kandungan gizi yang baik serta terjamin keamanannya, pengusaha makanan dapat memilih laboratorium yang secara khusus menyediakan layanan pengujian bahan makanan. Salah satunya adalah Gizigo. Lembaga ini menyediakan berbagai macam jenis pengujian untuk makanan seperti Analisis Proksimat, Analisis Makronutrien, Analisis Mikronutrien, Analisis Bahan Ikutan (Food Adjunct), Analisis Bahan Tambahan Pangan (Food Additive), dan Uji Bahan Metabolit. Selain itu, lembaga ini juga menyediakan analisis kimia lainnya seperti pH, aktivitas air, asam sianida, asam nitrat dan nitrit, fenol pink, dll.